Senin, 04 Juli 2011

Masih ada Hikmah (baca ; Langit) di atas Ilmu ( baca ; Langit)

Hampir setiap orang tidak menyangkal bahwa zaman  kita hidup sekarang adalah zaman ilmu pengetahuan dan teknologi.. Zaman yang menempatkan ilmu pada posisi yang sangat tinggi  sehingga status dan kualitas seseorang sangat di temtukan oleh kedalaman ilmu seseorang.  Zaman pengetahuan dan teknologi telah merubah zaman primordialistik yang  menempatkan keluarga dan keturunan sebagai ukuran status sosial seseorang.  Dahulu orang dihargai dihormati karena keluarganya, namun sekarang ilmu dan keahlian seseoranglah yang menjadi parameter tingginya stastus seseorang.
Agama memang menempatkan ilmu pada posisi yang sangat utama. Walaupun entitas dasar agama adalah keyakinan yang  non-rasional, namun agama juga sangat mengajarkan pemeluknya untuk senantiasa menuntut ilmu dan menggunakan akalnya secara maksimal. afala ta'qilun , afala tatafakkarun  adalah  bukti tekstual akan anjuran-anjuran  yang sangat intens dari agama  untuk menggunakan akal manusia .
Akal memang menjadi salah satu sumber dasar berkembangnya ilmu dan pengetahuan, semakin maksimal orang menggunakan ilmunya , maka semakin maksimal pula pengetahuan seseorang. Namun ingat akal  bukanlah satu-satunya sumber ilmu pengetahuan, hati juga salah satu unsur utama dari pengetahuan. Itulah  mengapa kata al af  idah ( fikiran ) biasanya difahami oleh para mufassir dengan akal dan hati.  Dalam perkembangannya kecerdasan  manusia ada yang disebut dengan kecerdasan intelegensia (IQ)  yang berbasis pada akal dan kecerdasan Emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ)  yang  keduanya berbasis pada hati.

Dalam tradisi al Qur'an kecerdasan yang berbasis  pada akal (al 'aql)  ini disebut  ilmu  (al ilm).  Dalam hal ilmu berlaku hukum universal, artinya siapa saja yang ingin mendapatkan ilmu, baik orang muslim atau kafir , orang yang berma'siat ataupun  t'aat, maka pasti  akan diberi ilmu oleh Allah.  Maka tidak aneh bila ditemukan orang yang berilmu namun bisa jadi ia menggunakan ilmunya untuk tindakan yang  tidak beradab dan bertentangan dengan agama , misalnya menipu , mencuri bahkan korupsi dan lain-lain. Namun AlQur'an juga menyebutkan bahwa manusia juga diberi ilmu sedikit ( wama utitum minal 'ilmi 'illa qaliila).
Sedangkan  ilmu yang  berbasis pada hati (dzauq) disebut dalam al Qur'an dengan hikmah. Hikmah dalam al Qur'an adalah salah satu ilmu yang tertinggi yang dimiliki oleh para rosul dan Nabi serta para ulama dan para pewaris Nabi.  Itulah mengapa salah satu do'a Nabi Ibrahim kepada Allah adalah agar diberi ketrunan seorang Nabi yang mengajarkan hikmah (yu'allimuhumul hikmah ).  Sehingga hikmah memang  ilmu yang tidak diberikan kepada semua orang, namun kepada orang-orang yang terpilih dan dikehendaki oleh Allah (Tu'thil hikmata man tasya'). Para ulama  termasuk orang –orang yang diberi  hikmah  oleh Allah, mereka adalah orang –orang yang memiliki ilmu dan dengan ilmunya mereka selalu takut dan taat kepada Allah  ( innama yakhsya Allah min;ibadihil Ulama'). 
Di zaman teknologi seperti saat ini hampir setiap orang  terobsesi dan  berlomba-lomba untuk  mencari ilmu. Ilmu memang salah satu pra syarat utama manusia mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan di dunia, namun ilmu yang berbasis akal  bukanlah satu-satunya sumber pengeathuan manusia yang mampu menyelesaikan masalah kehidupan. Pada kasus tertentu  ternyata persoalan kemnusiaan justru banyak yang timbul dari ilmu pengetahuan manusia. Hikmah sebagai salah satu ilmu yang bersumber pada hati dan spiritualitas ketuhanan adalah pra syarat yang lain yang  menjadi  solusi dari persoalan kemanusiaan. Semoga kita mampu menjadi orang yang berilmu , namun pada saat yang sama menjadi orang yang memiliki hikmah. 

Oleh : Muh. Rifa'I





0 komentar:

Posting Komentar